A.
Motivasi
1.
Definisi Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan
kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti
"dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada
dalam diri seseorang. Menurut beberapa ahli pengertian motivasi :
a. Menurut
Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai
kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita
mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan
tertentu.
b. Menurut
Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal
dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat;
dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan.
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai
tujuan tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi dapat datang dari
individu maupun dari luar lingkungan. Motivasi yang baik yang datang dari dalam
diri sendiri (motivasi instrinsik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi
ekstrinsik).
Motivasi adalah
dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seseorang kepada
orang lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut
menuruti dan melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan
penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat bersifat positif karena dapat
mendorong individu berpikir kritis dan kreatif. Wujud motivasi bisa dilihat
dari berbagai contoh sikap atau perilaku, pendapat, saran dan pernyataan.
2.
Teori Drive Reinforcement dan Implikasi Praktiknya
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab
dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang
karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat
ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian
yang mengikuti perilaku tersebut. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis,
yaitu :
a. Pengukuhan
Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,
terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
b. Pengukuhan
Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi perilaku,
terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu
berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh
stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (Punishment) selalu
berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan
(response) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat. Contoh : pengukuhan yang
relatif malar adalah mendapatkan pujian setelah seseorang memproduksi tiap-tiap
unit atau setiap hari disambut dengan hangat oleh manajer.
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai
teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh
keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau binatang.
Contohnya : Freud ( 1940-1949 )
berdasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran,
dorongan seksual dan agresif, atau drive (teorinya akan diterangkan secara
lebih detail dalam bab kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan
hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di
dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang
mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai
tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan
dan memuaskan.
Jadi motivasi dapat dikatakan
terdiri dari:
1. Suatu
keadaan yang mendorong
2. Perilaku
yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
3. Pencapaian
tujuan yang memadai
4. Pengurangan
dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah keadaan
itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke arah tujuan
yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut
lingkaran korelasi.
Teori-teori
Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau
binatang bertindak. Be berapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh
keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku
binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu
mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam
morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran
belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari
(learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau
binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke
individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan
heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut,
dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang
telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong
yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu
ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain
dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Biasanya di
terapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalkan seorang kuli panggul di pasar
tradisional, jika ia dapat mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung
maka akan diberikan 2 kg buah segar oleh pemilik toko buah tersebut. Drive-Reinforcement
nya berbentuk reward berupa materi yang diberikan pemilik toko kepada
pekerjanya (kuli panggul).
3.
Teori Harapan dan Implikasi Praktiknya
Dalam istilah
yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan dimotivasi
untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya akan
menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik
(Victor Vroom dalam Robbin 2003:229).
Karena ego
manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik baik saja, daya penggerak yang
memotivasi semangat kerja seseorang terkandung dari harapan yang akan
diperolehnya pada masa depan (Hasibuan 2001:165).Apabila harapan dapat menjadi
kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya. Sebaliknya
jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjadi malas. Teori ini dikemukakan
oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep penting:
a.
Harapan (expentancy)
Suatu
kesempatan yang diberikan terjadi karena prilaku .Harapan merupakan
propabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan
hingga satu yang berarti kepastian.
b.
Nilai (Valence)
Akibat
dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu (daya atau nilai
motivasi) bagi setiap individu tertentu.
c. Pertautan
(Inatrumentality)
Persepsi
dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat
ke dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar
antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti
tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil
tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama
perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
4. Teori tujuan dan implikasi praktisnya
Locke mengusulkan model kognitif
yang dinamakan teori tujuan, yang mencoba menjelaskan hubungan hubungan antara
niat/intentions dengan perilaku.Aturan dasarnya ialah penetapan dari
tujuan-tujuan secara sadar. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan
(1968), menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja.
Penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme:
a. Tujuan adalah yang mengarahkan
perhatian
b. Tujuan adalah yang mengatur upaya
c. Tujuan adalah meningkatkan
persistensi
d. Tujuan adalah menunjang strategi
untuk dan rencana kegiatan
5. Teori Hirarki Kebutuhan
Maslow
Maslow
(1970) telah menyusun kebutuhan-kebutuhan manusia dalam lima tingkat yang akan
dicapai sebagai berikut:
a) Kebutuhan Fisiologi
Merupakan kebutuhan tingkat pertama yang paling rendah
dan harus dipenuhi dan dipuaskan sebelum mencapai kebutuhan pada tingkat yang
lebih tinggi.Kebutuhan ini terdiri dari makan,minum,pernapasan dan lain-lain
yang bersifat biologis.
b) Kebutuhan Keamanan
Yang termasuk kebutuhan keamannan
adalah kestabilan, ketergantungan,
perlindungan, bebas dari rasa takut
dan ancaman.
c) Kebutuhan Sosial
Yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain,
pada saat ini individu akan sangat merasa kesepian dan terisolasi dari
pergaulan.
d) Kebutuhan Harga Diri
Kebutuhan harga diri dapat dibagi menjadi dua
katagori.Pertama adalah kebutuhan terhadap kekuasaan, berpretasi, pemenuhan
diri, kekuatan, dan kemampuan untuk memberi keyakinan serta kebebasan. Kedua adalah
kebutuhan akan nama baik,ststus,keberhasilan,pengakuan,perhatian,penghargaan.
e) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Masing-masing orang ingin mewujudkan
diri sebagai seorang yang mempunyai kemampuan yang unik.Kebutuhan ini hanya ada
setelah empat kebutuhan sebelumnya dicapai secara memuaskan.Pada dasarnya
bertujuan untuk membuat seluruh potensi yang ada dalam diri seseorang sebagai
suatu wujud nyata yaitu dalam bentuk usaha aktualisasi diri.
6. Kebutuhan
yang relevan dengan perilaku dalam organisasi
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku
pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut :
1.
Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan,
minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan
tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
2.
Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan
perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
3.
Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu
kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan
kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4.
Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk
dihormati dan dihargai oleh orang lain
5.
Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu
kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu.
B. Job Enrichment
1.
Pengertian Job
Enrichment
Job
enrichment merupakan suatu pendekatan untuk
merancang kembali pekerjaan karyawan guna meningkatkan motivasi intrinsik dan
meningkatkan kepuasan kerja dengan memberikan mereka kesempatan untuk
menggunakan berbagai kemampuan mereka. Job
enrichment is changing a task to make it inherently more rewarding, motivating
and satisfying. ( Pengayaan kerja adalah mengubah suatu tugas untuk
membuatnya saling tidak terpisahkan agar bermanfaat, memotivasi dan memuaskan).
Pengayaan Pekerjaan (job enrichment) merupakan penambahan
pekerjaan melalui peningkatan kewenangan. Pengayaan kerja merupakan perluasan
kerja secara vertical yang difokuskan kepada peningkatan terhadap kedalaman
pekerjaan. Selanjutnya dalam pengayaan pekerjaan, menghedaki para pekerja
mengontrol pekerjaannya sendiri. Dalam pengayaan pekerjaan, pekerjaan tertentu
menjadi lebih besar tanggung jawabnya, biasanya dikaitkan dengan proses
perencanaan maupun evaluasi pekerjaan.
Job
enrichment memungkinkan pekerja untuk lebih
bertanggung jawab, membantu dalam pengendalian diri, dan memberikan kesempatan
untuk melaksanakan pekerjaan yang menarik, penuh tantangan dan berarti. Job
enrichment lebih berhasil jika
dikenakan pada pekerja yang tidak takut terhadap tanggung jawab baru dan yang
mementingkan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan pribadi dalam lingkungan
kerjanya.
2. Langkah-Langkah dalam Redesign Pekerjaan Untuk Job Enrichment
A. Menggabungkan beberapa pekerjaan
menjadi satu.
1). Menjadi lebih besar
2). Lebih bervariasi
3). Kecakapan lebih luas
B. Memberikan modul kerja untuk
setiap pekerja.
C. Memberikan kesempatan pada
setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
1). Kesempatan mengatur prosedur
kerja sendiri
D.Memberikan kesempatan pekerja
menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
1). Orang – orang yang
berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
E. Menciptakan sarana – sarana umpan
balik.
1). Pekerja dapat memonitor koreksi
diri.
3. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Job Enrichment
A.Jika pekerjaan terspesialisir dan
sederhana dirancang kembali untuk memotivasi secara intrinsik pada pekerja,
maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan meningkat.
B. Absensi – absensi dan
perpindahan kerja akan berkurang.
C. Dimensi inti yang berkaitan
dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja (Hackman dan Oldham), yaitu:
1).
Keragaman ketrampilan (skill variety)
Banyaknya
ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam
ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk memikirkan dan menggunakan cara menjual yang
berbeda, display (etalase) yang
berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan pencatatan penjualan.
2). Jati
diri tugas (task identity)
Tingkat
sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan dapat dilihat hasilnya
dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang. Tugas yang dirasakan
sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang dirasakan tidak
merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak puas. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang penjualan dan konsumen,
kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
3). Tugas yang penting (task significance)
Tingkat
sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain,
baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama
maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan
berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin mengeluarkan produk
panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari kriteria seperti apa
panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini. (tugas tersebut memberikan
kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil kerjanya nanti secara langsung
akan memberi manfaat kepada pelanggan)
4). Otonomi
Tingkat
kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian ketidaktergantungan dan
keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan
prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi
kebebasan, ketidaktergantungan dan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat
menimbulkan kepuasan kerja. Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu
karyawan untuk memperebutkan tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan
ide dan caranya sendiri untuk menarik perhatian klien . Karyawan diberi
kebebasan untuk mengatur sendiri waktu kerja dan waktu istirahat.
5). Umpan
balik (feed back )
Memberikan
informasi kepada para pekerja tentang hasil pekerjaan sehingga para pekerja
dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja pekerjaan. Misalnya, dalam
menjual produk salesman didorong untuk mencari sendiri informasi, baik dari
atasan maupun dari bagian‑bagian lain, mengenai segala hal yang berkaitan
dengan jabatannya serta meminta pendapat konsumen tentang barang‑barang yang
dijual, pelayanan, dll.
Jadi
kondisi psikologis kritis karyawan yang muncul karena adanya dimensi utama
dalam tugas akan mempengaruhi hasil kerja karyawan yang telah termotivasi
secara internal. Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job enrichment
tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir positif.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim Sosiologi. 2007. Sosiologi.
Jakarta:Yudhistira
Munandar,A.S.
(2001). Psikologi Industri dan Organisasi.
Jakarta: UI-Pers
Leavitt,
J.H., (1992).Psikologi Manajemen,
Alih Bahasa Zarkasi, M., Jakarta: Penerbit Erlangga