TUGAS
SOFSKILL KE-4 – MATA KULIAH PSIKOLOGI
KELAS
3PA16
1.
AMELIA ROMAULI TAMBUNAN
2.
AULIATI MELIA PURUSANI
3.
ASTRI INDRAWATI
SIKAP KERJA DAN KEPUASAN KERJA
A. SIKAP KERJA
1. Determinan Sikap Kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja/pekerjaan yang
paling sesuai seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada dua unsur
penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan
kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja
yang berkaitan dengan motivasi kerja.
Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja
sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga
kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan.
2. Pengukuran Sikap Kerja
Pengukuran sikap kerja dapat ditentukan oleh factor-faktor penentu
kepuasan kerja. Banyak factor yang telah diteliti sebagai factor-faktor yang
mungkin menentukan kepuasan kerja.
a.
Ciri-ciri Intrinsik Pekerjaan
- Keragaman
- Kesulitan
- Jumlah Pekerjaan
- Tanggung Jawab
- Otonomi
- Kendali terhadap Metode Kerja
- Kemajemukan
- Kreativitas
b. Gaji/Penghasilan/Imbalan yang Dirasakan Adil
Uang memang mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda
pula. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang menerima gaji terlalu
kecil atau terlalu besar akan mengalami distress atau ketidakpuasan. Sejauh
mana gaji yang diterima akan dirasa adil apabila sesuai dengan tuntutan kerja,
tingkat pekerjaan, tingkat keterampilan individu maka aka nada kepuasan kerja.
Apa yang diterima mempunyai dampak terhadap motivasi kerjanya jika besarnya
gaji disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
c. Penyeliaan
Ada dua jenis hubungan antara atasan dan bawahan. Yakni hubungan
fungsional dan hubungan keseluruhan. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh
mana penyelia membantu tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada
ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang
serupa.
d. Rekan-rekan Sejawat
Hubungan yang ada antar pekerja adalah hubungan ketergantungan
sepihak yang bercorak fungsional. Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja
timbul jika terjadi hubungan yang harmonis dengan tenaga kerja yang lain.
3. Macam-macam Sikap Kerja
Ada 5 sikap kerja yaitu:
a.
Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat
menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus.
Contoh: Seorang buruh tani yang bekerja dengan upah yang pas
pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan
semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang
untuk keperluan hidup keluarga.
b.
Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak
terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Seorang
pemilik perusahaan, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya. Di
perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Maka sebagai pemimpin
atau pemilik usaha harus dapat membedakan masalah pribadi dengan masalah
pekerjaan. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional.
c. Kerja
Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja harus pandai
memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga
dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam
melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep
hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi
dan pandai pula mengelola informasi.
d. Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu
kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat
memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu,
jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan
berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
e.
Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu mengorganisasikan
bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan
usaha sampai selesai dengan maksimal.
B. KEPUASAN KERJA
1. Definisi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang
atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Kepuasan kerja adalah tingkat
rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari
bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja
(Tangkilisan, 2005)
Menurut Handoko (dalam Tangkilisan, 2005) mengemukakan bahwa
kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dari para
karyawan dalam memandang pekerjaan mereka.Kepuasan kerja (job satisfaction)
adalah sikap atau perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan (Dariyo,2004).
Sedangkan Menurut Hasibuan (2007) Kepuasan kerja adalah sikap
emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja (job
statisfaction) karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja,
dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan karyawan meningkat. Kepuasan kerja dalam
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan
memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa
walaupun balas jasa itu penting
2. Aspek-aspek Kepuasan Kerja
Gilmer (dalam As'ad)
mengemukakan aspek-aspek kerja yang memengaruhi kepuasan kerja, yaitu promosi,
keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, pengawasan, faktor-faktor
intrinsik pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi
dan rekan kerja.
Gibson (1995)
menyebut¬kan aspek-aspek yang memengaruhi kepuasan kerja, yaitu upah,
pekerjaan, promosi, penyelia dan rekan kerja. Sedangkan Wexley dan Yukl
(1992) berpendapat bahwa aspek kerja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan adalah upah, pekerjaan, pengawasan, teman kerja, materi pekerjaan,
jaminan kerja dan promosi.
Robbins (1996)
menyebutkan bahwa aspek-aspek kerja yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja
adalah upah, pekerjaan, promosi, penyelia dan rekan kerja.
Menurut Mobley (dalam Setiawan, 2007) aspek-aspek kepuasan kerja diantaranya adalah:
a. Aspek pekerjaan meliputi
jenis pekerj aan, bobot pekerjaan dan melibatkan ketrampilan serta kemampuan
individu dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.
b. Aspek imbalan merupakan
faktor utama untuk mencapai kepuasan kerja sehingga banyak pihak manajemen
dalam upaya meningkatkan kerja karyawan dengan meningkatkan imbalan kerja.
c. Aspek kepangkatan,
kurang atau sedikitnya kesempatan untuk memperoleh jabatan dan kepangkatan
sering dikaitkan dengan ketidakpuasan karyawan terhadap promosi jabatan atau
kepangkatan yang ada.
d. Aspek pimpinan atau
atasan menyangkut hubungan dengan bawahan atas kebijaksanaannya yang dikaitkan
dengan kepuasan kerja.
e. Aspek rekan kerja, hubungan antara pekerja
satu dengan yang lain berkaitan erat dengan kepuasan kerja. Pekerja yang
mengalami ketidakpuasan kerja karena memiliki rekan kerja yang tidak bisa
diajak kerjasama, tidak menyenangkan dan tidak memuaskan.
Wikipedia menyebutkan lima aspek yang terdapat
dalam kepuasan kerja, yaitu :
a. Pekerjaan itu sendiri (Work It self ).
Pekerjaan memerlukan
suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sukar
tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan
dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan
kerja.
b. Atasan (Supervision).
Atasan yang baik berarti
mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai
figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
c. Teman sekerja (Workers).
Faktor yang berhubungan
dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik
yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
d. Promosi (Promotion).
Faktor yang berhubungan
dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama
bekerja.
e. Gaji/Upah (Pay).
Faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang
dianggap layak atau tidak.
3. Dimensi-Dimensi
Kepuasan Kerja
Locke dalam Dunnette (1983) membagi tujuh dimensi kerja yang merupakan
pengembangan Locke sebelumnya dan mempunyai kontribusi terhadap kepuasan kerja,
yaitu:
a).Pekerjaan termasuk minat intrinsic, variasi
tugas kesempatan belajar,
kesulitan kerja,
jumlah kerja, kesempatan
untuk berhasil, kontrol
terhadap langkah- langkah pekerjaan dan metode pekerjaan.
b).Pembayaran,
termasuk jumlah
pembayaran, keadilan pembayaran, serta cara pembayarannya.
c).Promosi termasuk
keadilan mendapatkan promosi dan kesempatan
mendapat promosi.
d). Pengakuan
termasuk penghargaan
terhadap prestasi, kepercayaan atas tugas
yang diberikan serta kritik atas tugas yang
dikerjakan.
e).Benefit
termasuk
memperoleh
pensiun, mendapat kesehatan,
adanya cuti tahunan dan adanya pembayaran pada
saat liburan.
f).Kondisi kerja termasuk jam
kerja, jam istirahat, peralatan kerja, temperatur
di tempat kerja, ventilasi, kelembaban, lokasi
serta tata ruang kerja.
g).Supervisi
termasuk gaya
dan pengaruh
supervisi, hubungan manusia dan keterampilan administratif.
h).Rekan kerja termasuk
kompetensi, saling membantu, dan keramahan antar rekan
kerja.
i).Perusahaan dan
manajemen termasuk kebijakan
akan perhatian terhadap pekerja baik untuk pembayaran ataupun benefit-benefit.
4. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja
Menurut Kreitner dan
Kinicki (2005) terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
kepuasan yaitu:
a. Need fulfillment (pemenuhan kebutuhan).
Model ini mengajukan bahwa kepuasan ditentukan tingkatan karakteristik
pekerjaan yang memungkinkan kesempatan pada individu untuk memenuhi
kebutuhannya.
b. Discrepancies (perbedaan). Model ini
menyatakan bahwa kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan
harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh
individu dari pekerjaan. Apabila harapan lebih besar daripada apa yang
diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya diperkirakan individu akan puas apabila mereka
menerima manfaat diatas harapan.
c. Value attainment (pencapaian nilai).
Gagasan value attainment
adalah bahwa kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan
nilai kerja individual yang penting.
d. Equity (keadilan). Dalam model
ini dimaksudkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu
diperlakukan di tempat kerja. Kepuasan merupakan hasil dari persepsi orang
bahwa perbandingan antara hasil kerja dan inputnya relatif lebih menguntungkan
dibandingkan dengan perbandingan antara keluaran dan masukkan pekerjaan
lainnya.
e. Dispositional/genetic
components (komponen genetik).
Beberapa rekan kerja atau teman tampak puas terhadap variasi lingkungan
kerja, sedangkan lainnya kelihatan tidak puas. Model ini didasarkan pada
keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan
faktor genetik. Model menyiratkan perbedaan individu hanya mempunyai arti
penting untuk menjelaskan kepuasan kerja seperti halnya karakteristik
lingkungan pekerjaan.
Harold E. Burt (dalam As’ad, 2004) mengemukakan
bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
a.Faktor hubungan antar karyawan, antara lain :
1) Hubungan antara manager dengan karyawan
2) Faktor fisis dan kondisi kerja
3) Hubungan sosial diantara karyawan
4) Sugesti dari teman sekerja
5) Emosi dan situasi kerja
b.Faktor Individu, yaitu yang berhubungan dengan :
1) Sikap orang terhadap pekerjaannya
2) Umur orang sewaktu bekerja
3) Jenis kelamin
c.Faktor – faktor luar (extern), yang berhubungan dengan :
1) Keadaan keluarga karyawan
2) Rekreasi
3) Pendidikan (training, up grading adan
sebagainya)
5.
Teori-teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yukl (1977) teori-teori
tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal yaitu:
1. Teori Perbandingan Intrapersonal
(Discrepancy Theory)
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh
individu merupakan hasil dari perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh
diri sendiri terhadap berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan
dan yang menjadi harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut
bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang
diperoleh dari pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh
individu bila perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan
apa yang diperoleh dari pekerjaan besar.
2. Teori Keadilan (Equity Theory)
Seseorang akan merasa puas atau tidak puas
tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi.
Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh seseorang dengan
cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor,
maupunditempat lain.
3. Teori Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Prinsip dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan
ketidakpuasan kerja merupakan dua hal yang berbeda. Menurut teori ini,
karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yang satu
dinamakan Dissatisfier atauhygiene factors dan yang lain dinamakan satisfier
atau motivators.
Satisfier atau motivators adalah faktor-faktor
atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari
prestasi, pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak
adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas,
tetapi kalau ada, akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja
yang baik. Oleh sebab itu faktor ini disebut sebagai pemuas. Hygiene factors
adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji,
insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status.
6. Hubungan Pelaksanaan Kerja dan Kepuasan Kerja
Hubungan antara pelaksanaan kerja dan kepuasan
kerja sudah pasti menjadi hal yang sangat penting. Cara seorang karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaannya, sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja dan hal
tersebut akan memengaruhi kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan tersebut.
Selain dipengaruhi oleh faktor luar, faktor dari dalam diri seorang karyawan
juga sangat berpengaruh. Motivasi yang dimiliki oleh seorang karyawan dalam
mengerjakan pekerjaannya haruslah tinggi. Sehingga karyawan tersebut dapat
mempertahankan produktivitasnya dan dapat bekerja kepada sebuah perusahaan
dalam waktu yang lama.
Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi,
karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan yang
seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja yang rendah, cepat
lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan kesibukan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan
yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan
perputaran kerja yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan,
dan kadang-kadang berprestasi bekerja lebih baik daripada karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti
penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan
positif di dalam lingkungan kerja perusahaan.
7. Mencegah dan Mengatasi Ketidakpuasan Kerja
Hal terpenting untuk mencegah dan mengatasi
ketidakpuasan kerja adalah menjaga semua faktor yang mendukung kepuasan kerja
agar tidak hilang. Misalnya menjaga suasana lingkungan kerja tetap kondusif,
menjaga kebersihan tempat kerja, menjalin komunikasi atau hubungan yang baik
dengan rekan kerja, serta hal lainnya. Pengukuran kepuasan kerja juga dapat
membantu pemimpin perusahaan untuk mengetahui apakah pekerjanya merasa puas
atau tidak, berdasarkan faktor-faktor yang ada. Sehingga faktor yang menjadi
pemicu ketidakpuasan kerja tersebut dapat dievaluasi secepat mungkin.
SUMBER :
Kinicki,
Angelo and R. Kreitner, 2005, Organizational Behavior Key concepts skills
and best Practice, Mc Graw-Hill, New York, hal. 129
Hasibuan,
M., 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Indonesia Jakarta,
hal. 202
Tangkilisan,H.N.S.
(2005).Manajemen Publik.Jakarta:
Grasindo
Dariyo,Agoes.(2004).Psikologi Perkembangan Dewasa Muda.Jakarta:Grasindo
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/11/kepemimpinan-karakteristik-pekerjaan.html
http://www.masbow.com/2009/11/loyalitas-kerja.html